Selasa, 05 Juni 2018

Berikut Tips-tips Bagi yang Ingin Serius Menghafal Al-quran:

Ternyata banayk hal yang harus dpersiapkan untuk bisa menghafal Al-quran:

1. Mengikhlaskan Niat

Yang paling penting adalah mengikhlaskan niat. percuma saja bila kita menghafal al-quran tapi niatnya bukan karena Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita hanya akan mendapatkan lelah tanpa mendapat pahala sedikit pun. bila kita niatkan hanya karena Allah, insya-Allah Allah akan menolong serta mempermudah langkah kita.
Jika niat kita ikhlas karena Allah, niscaya Allah akan membantu kita dikala sedang malas atau bosan. Karena halangan terbesar bagi penghafal al-quran adalah rasa bosan, terlebih jika baru pertama kali menghafal. Untuk itu, ikhlasnya niat merupakan hal wajib bagi seorang penghafal al-quran.

2. Melaksanakan Shalat Hajat

Setelah niat kita ikhlas karena mengharap ridho dan pahala Allah, hendaknya kita melakukan shalat hajat sebelum mulai menghafal al-quran. Mohonlah agar dimudahkan di dalam menghafal al-quran. Karena pemilik al-quran adalah Allah, maka kita memohon kepada pemiliknya agar diberi kemudahan.
Untuk shalat hajat sendiri tidak ada ketentuan waktu. Kita bisa mengerjakan shalat hajat kapan saja, kecuali pada waktu terlarang mengerjakan shalat. Anjuran untuk mengerjakan shalat hajat ini merujuk pada hadits yang diriwayatkan Hudzaifah al-Yamani radhiyallahu anhu, beliau berkata:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى
Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan shalat.”
Rekomendasi bacaan: Panduan lengkap Sholat Dhuha

3. Memperbaiki Bacaan

Sebelum mulai menghafal ayat demi ayat, hendaknya kita memperbaiki bacaan terlebih dahulu. hal ini wajib kita lakukan agar terhindar dari salah baca dan kekeliruan. Menghafal al-quran memang mempunyai keutamaan yang banyak, tapi kalau membacanya masih banyak yang keliru, bisa membuat pahala berkurang. (baca: Keutamaan Membaca Al-quran)

4. Metode Mengafal Alquran

Ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal al-quran, masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi disini saya akan paparkan 2 cara yang paling mudah menurut saya dan bisa dilakukan siapa saja:
a. Metode Pertama
Menghafal per-halaman. Maksudnya kita membaca satu halaman yang mau kita hafal sebanyak tiga sampai sepuluh kali secara tartil, kalau sudah lancar baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu halaman, baru kita pindah ke halaman berikutnya. Metode ini lebih direkomendasikan menggunakan mushaf standart madinah.
Perlu diperhatikan, setiap kita menghafal satu halaman, sebaiknya kita juga menghafal satu ayat di halaman berikutnya. Agar kita bisa menyambungkan hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
b. Metode Kedua
Menghafal per-ayat, yaitu kita membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga sampai sepuluh kali secara tartil, kalau sudah lancar kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah hafal ayat pertama kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, begitu seterusnya sampai satu halaman.
Akan tetapi sebelum pindah ke halaman berikutnya sebaiknya kita mengulangi halaman-halaman sebelumnya agar lebih kuat hafalannya.

5. Pasang Target Menghafal

Di tengah-tengah menghafal, biasanya akan mengalami kendala seperti susah masuk atau hafalan yang sudah dihafal lupa lagi. Kalau sudah seperti ini biasanya semangat kita akan berkurang. Karena kita merasa bahwa al-quran susah untuk dihafal.
Untuk menanggulangi agar kita tidak patah semangat, kita harus pasang target dalam menghafal. Target ini berguna sekali ketika kita sedang malas menghafal. Kita akan ingat bahwa kita punya mimpi menjadi penghafal al-quran, sehingga semangat kita akan kembali berkobar.
Kita tidak perlu muluk-muluk dalam menentukan target hafalan, usahakan yang realistis dan sesuai dengan kemampuan kita.

6. Memperdengarkan Hafalan

Untuk menghindari bacaan yang salah, hendaknya halaman yang sudah dihafal kita perdengarkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita salah.
Ketika kita menghafal, terkadang terjadi kesalahan baca tanpa kita sadari. Untuk itu, dengan menyetorkan hafalan kita akan dibenarka jika terjadi kesalahan dalam bacaan kita. Sehingga kesahalan tersebut tidak tidak berlarut-larut dalam hafalan kita.

7. Memperbanyak Mendengar Bacaan Al-quran

Faktor lain yang dapat memperkuat hafalan kita adalah memperbanyak mendengarkan bacaan al-quran, baik dari teman ataupun bacaan al-quran dari syaikh yang mapan dalam bacaan.
Kalau bisa tidak hanya mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Dengan begitu kita akan lebih konsentrasi dalam proses menghafal via pendengaran.

8. Murojaah (Mengulang-ulang Hafalan)

Hendaknya kita mengulang-ulang halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal beberapa halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut tanpa mengulanginya dalam waktu yang lama. Hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut.
Ada satu kisah menarik yang dialami Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang terkenal dengan kuatnya hafalannya. Suatu ketika, beliau menghafal sebuah buku dengan diulang berkali-kali. Kebetulan dalam rumah itu tinggal seorang nenek tua.
Karena seringnya mengulang-ulang hafalannya, nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian ia memanggil Imam Ibnu Abi Hatim dan bertanya padanya:”Wahai anak, apa yang sedang engkau kerjakan?” “Saya sedang menghafal sebuah buku”, jawab Ibnu Abi Hatim.
Nenek tersebut berkata:”Tidak perlu seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya karena mendengar hafalanmu”. “Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu”, timpal Ibnu Abi Hatim. Lalu, nenek tersebut membaca buku yang sudah dihafalnya.
Setahun setelah kejadian tersebut, Ibnu Abi Hatim ingin mengetahui apakah nenek tersebut masih ingat dengan hafalannya. Ia kembali ke rumah tersebut dan meminta agar nenek tersebut mengulangi hafalan yang ia hafal setahun yang lalu.
Ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali isi buku yang ia hafal setahun lalu. Namun, tidak dengan Imam Ibnu Abi Hatim, tidak ada satu pun yang ia lupa dari hafalannya.
Kisah ini menegaskan bahwa kita tidak hanya dituntut untuk menghafal, tapi kita juga dituntut untuk menjaga hafalan agar tidak lupa. Jika hanya menghafal, kita yakin pasti banyak orang yang bisa, namun untuk menjaga hafalan tidak semua orang bisa.
Untuk itu, menjaga hafalan dengan sering murojaah (mengulang-ulang hafalan) merupakan hal wajib jika kita ingin menghafal al-quran.

9. Menggunakan Seluruh Panca Indra

Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan semua panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal buka hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan sering mendengarkan bacaan al-quran, membacanya denga mulut dan menulis ayat-ayat yang mau kita hafal.

10. Menggunakan Satu Jenis Mushaf Alquran

Usahakan menggunakan satu jenis mushaf al-quran, jangan pindah dari satu jenis mushaf ke mushaf lain. Karena setiap jenis mushaf al-quran mempunyai posisi ayat yang berbeda-beda, kalau kita berganti-ganti mushaf mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat sehingga itu akan mengaburkan hafalan kita.
Maksud dari satu jenis ini adalah model penulisan mushaf. Seperti mushaf standart Madinah, mushaf yang dipakai oleh sebagian  Kita bisa menggunakan mushaf standart Madinah, mushaf cetakan Mesir, mushaf cetakan Kuwait atau mushaf yang dipakai sebagian orang Pakistan dan India.
Kita juga bisa menggunakan model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh al-quran di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus.
Semua kembali kepada kita masing-masing, ingin menggunakan model mushaf yang mana. Yang perlu diperhatikan, jika sudah menggunakan satu model mushaf, usahakan jangan menggunakan model mushaf yang lain.

11. Memilih Waktu yang Baik

Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, hal ini tergantung kepada pribadi masing-masing. waktu yang tepat bagi pelajar belum tentu tepat bagi seorang karyawan, begitu juga waktu yang tepat bagi karyawan belum tentu tepat bagi ibu rumah tangga.

12. Memperbanyak Do’a

Do’a adalah senjata seorang mukmin. Dalam setiap amalan kita diperintahkan untuk selalu mengawalinya dengan berdo’a.
Begitu juga dalam menghafal Al-quran, perbanyaklah berdo’a agar dimudahkan dalam menghafal Al-quran, karena do’a merupakan bukti tawakkal kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Berikut ada dua contoh doa agar dimudahkan dalam menghafal al-quran. Doa-doa ini bukan bersumber dari al-quran atau hadits, namun maknanya sangat bagus. Pada akhirnya kembali kepada kita masing-masing, mau berdoa menggunakan bahasa Arab atau bahasa Indonesia. Berikut contoh doa dalam bahasa Arab:
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين
‘Allahumma waffiqnii li hifdzil quraanil kariim, wa rozziqnii tilaawatihi anaa’al laili wa athroofan nahaari ‘alal wajhi alladzi yurdhiika annaa, yaa arhamar roohimiin’.
“Ya Allah berikanlah kepadaku taufik untuk bisa menghafal Al-qur’an, dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih”.
Atau bisa juga membaca doa ini:
اَللّهُمَّ يَسِّرْلَنَا فِى حِفْظِ كِتَابِكَ
‘Allahumma yassir lanaa fi hifdzi kitabik’
“Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghafal kitab-Mu (al-quran)”.

Sumber: https://santaisaja.net/cara-mudah-menghafal-alquran/ 

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day25

Aliran Rasa Level 11

Kembalikan Fitrah pada hakikatnya!
Bengkel Hati – Nurul Ihsan

Betapa mirisnya, beberapa tahun terakhir ini. Pemberitaan mengenai fitrah seksualitas anak semakin terancam tumbuh bukan pada tempatnya. Sangat disayangkan media TV, Internet serta lingkungan seperti mendukung!

Saya ingin mengutip, tulisan Pak Hari Sentosa tentang hal ini:

Fitrah Seksualitas
Oleh : Harry Santosa
.
Punya suami yang kasar? Garing dan susah memahami perasaan istrinya? 

Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh.
Punya suami yang "sangat tergantung" pada istrinya? Bingung membuat misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.
Kok sebegitunya? 

Ya karena sosok ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna. Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.
Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu. 

Riset banyak membuktikan bahwa anak anak yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, boarding school dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, sejak perasaan terasing (anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau attachment, sampai kepada depresi. Kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan dekat dsbnya.

Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, sosok ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap. 

Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.
Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas.

 Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan "saya perempuan" atau "saya lelaki"
Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.

Hati hati memasukkan anak kita ke PAUD yang gurunya tidak sepasang, karena bisa mengganggu keseimbangan emosional dan rasional. Anak lelaki yang gurunya lebih banyak perempuan berpotensi "melambai", sementara anak perempuan gurunya lebih banyak lelaki cenderung tomboy dsbnya.

Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.

Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, bermain dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.
Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.

Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.
Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.
Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.

Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.
Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.
Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?

Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki dewasa atau suami yang kasar, egois dsbnya.
Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.

Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas anak anak kita daripada kepandaian kita menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita. Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa, karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik fitrah anak anak kita.

Salam Pendidikan Peradaban

Sumber: https://www.facebook.com/indonesiaparenting/posts/487089238305266

#Fitrah Seksualitas
#Learning by Teaching
#AliranRasaLevel11

Senin, 04 Juni 2018

Dimulai dari Surat An-Naba

Bismillah!

Kami berusaha untuk konsisten menghafal dan mentadaburi surat An-naba bersama anak-anak. Rasanya menyenangkan sekali! Tak perlu terburu-buru ingin hafal tetapi bagaimana bibir ini terbiasa dengan ayat-ayat Al-quran. Tak perlu tergesa untuk segera bisa, yang penting hati ini tergerak untuk mulai mencintai Al-quran Nur Karim.

Doakan semoga selalu istiqomah, meski ramadhan segera berakhir...

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day24

Minggu, 03 Juni 2018

Sepenggal Diskusi Bersama Ummu Aisyah yang Menginspirasi



1. Apakah background orang tua aisyah juga penghapal Quran?
Maksud saya, jika saya dan suami msh pada tahap mendekatkan diri dg Quran apa yg harus dilakukan agar kayak memiliki anak seorang hafidz/hafidzah

2. Apa visi misi pendidikan ummu aisyah terhadap anak2 ummu? 🙏 umur berapa harus bs calistung, umur brp harus bs baca hijaiyah,


Jawaban:
Dwi puji _ bontang

1) Kami suami istri background umum semua bunda...sd,smp,sma sampai dengan kuliah semua umum.bisa ngaji yang benar makhraj dan tajwid juga baru2 ini. 

Kesibukan kami :
Ayahnya adalah seorang PNS dengan segudang kesibukan yang mengharuskan saya untuk melakukan pekerjaan rumah dan mendidik anak sendiri.

Saya adalah ibu rumah tangga biasa, yang Alhamdulillah dulu pernah menjadi PNS, namun keluar krn alasan ingin mendidik anak sendiri.
Aisyah adalah penghafal Al Qur'an 'pertama' di keluarga saya maupun suami. jujur saja Aisyah ini sebagian besar waktunya adalah untuk menghafal dan murajaah AL Qur'an..
Sisanya baru untuk yang lain.
Aisyah bisa dibilang -jarang sekali- belajar untuk pelajaran di sekolahnya. Tapi Alhamdulillah berkah Al Qur'an, dia selalu menjadi ranking satu di sekolahnYa.

Saya mulai mengajar hijaiyah saat umur Aisyah masih batita, kurang lebih umur 3 tahunan yaa...hafaln surah2 pendek juga begitu, hanya saat itu tidak intens karena sy masih bekerja saat itu.

Mulai intens, ada jadwal belajar setiap hari itu saat umur 5 tahun kurang 2 bulan.

Sy ingat waktu itu dia umur 5 tahun pas, hafal juz amma. 

=====================

 Ijin bertanya ummi, semoga berkenan menjawab nggih😊

1. Keluarga saya juga tidak ada background pesantren atau ilmu agama yg intensif, bagaimana langkah awal keluarga ummi diawal2 dahulu?apakah sedari kehamilan mmg sdh diniatkan memiliki anak hafidz?seperti apa langkah yg dilakukan agar niat tetap lurus semata utk Allah ta'ala? Sampai saat ini saya punya kekhawatiran terkait pijakan awal sebagai pondasi dasar meraih hafidz/ah, mohon pencerahan

2. Bolehkah ummi share seperti apa doa yg dipanjatkan utk ananda?

3. Adakah amalan2 harian ummi?karna sungguh melahirkan anak luar biasa pasti ibadahnya juga lebih dari biasa

4. Bagaimana trik ummi memanajemen emosi utk kehidupan rt yg seringkali sulit ditaklukan saat lelah dan berlarut2, rasanya tidak ada selesai2nya?

5. Terakhir, saya bingung memulai darimana utk mengajari anak membaca Al-Quran, teknik talaqqi itu detailnya seperti apa ummi?

Maaf borongan ya ummi🙏

1. Untuk meluruskan niat, dengan berdoa umm..
Karena hati manusia lemah, untuk itu kita harus memohon bantuan kpd Yang Maha Kuat, untuk senantiasa menguatkan kita dlm keikhlasan dalam berdakwah.

 2. Doa dipanjatkan diantaranya :

-Doa nabi ibrahim untuk keturunan yang shalih

(رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ)

[Surat As-Saaffat 100]

-Doa Nabi Musa, untuk melancarkan segala urusan
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي  وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي  يَفْقَهُوا قَوْلِي

“Musa berkata, ‘Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’[Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28)

Istighfar, krn cahaya ilmu tdk akan berkumpul dengan dosa-dosa. dengan istighfar InsyaaAllah dosa2 akan terkikis.

3. tidak ada amalan khusus mbak, kita usahakan saja yg wajib dikerjakan dengan sungguh, banyak berdoa, jika memungkinkan tambah dengan amalan sunnah.

4. Saat anak sekolah/ tidur usahakan semua kerjaan rumah dibereskan.

Kalo masih juga kewalahan, pekerjaan rumah tangga yang sy korbankan mbak. anak yg saya dahulukan. misal nyuci di laundry.

5. Teknik talaqqi, kita membacakan ayat, anak menirukan sedikit demi sedikit, baru kemudian digabungkan dan diulang-ulang sampai dengan hafal.

Masya Allah, semoga kita dikuatkan untuk terus diberikan keistiqomahan untuk berdekatan dengan Al-quran.

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day23

Ingin Ciptakan Membumikan Al-quran di Rumah Senyum

HAFIZ INDONESIA 2018
Ramadhan bulan mulia, menggerakan hati saya untuk terus memanfaatkan waktu yang sangat singkat ini. Meski ditengah masa kehamilan trisemester pertama, yang terkadang memiliki banyak dilema terutama masa morning sickness yang melanda sepanjang hari.Tetapi setelah menyimak diskusi bersama  Ummu Aisyah, salah satu peserta program hafidzah Qur'an RCTI (sekarang Alhamdulillah sudah jalan 17 juz). 

Sekarang Aisyah duduk di kelas 2 SD, umur 8 tahun. Alhamdulillah Aisyah ini tahun 2017 peserta termuda STQ Nasional golongan 10 juz putri. Juara 3 Nasional MHQ antar pondok pesantren,golongan 10 juz putri. yg mengadakan kerjasama Qatar dan ponpes Darunnajah Jakarta.di tahun 2017 juga. Tahun 2018 ini juga InsyaaAllah maju lagi ke MTQ Nasional 2018 yang akan diadakan di Medan.

Sebelum mulai berbincang, Ummu ingin mengingatkan kita semua, untuk selalu bertaqwa kepada Allah. Takut kepada Allah, takutlah akan kebesaran dan kuasaNya. Tidak ada pandangan dan pujian makhluk yg akan berarti di hadapanNya. Hny balasan Allah lah yg kita harap. Dan tidak bisa kita hindari maksiat, tdk bs kita jalankan taat, tnp kuasa Allah.
Laa haula wa laa quwwata illa billah

Orang tua mana yang tidak bergetar hatinya, manakala anak kesayangannya begitu fasih melafadkan ayat-ayat Allah diusia yang sangat belia. Semoga ini menjadi cambuk untuk saya dan keluarga untuk mulai menciptakan suasana rumah yang kondusif untuk membumikan ayat-ayat Allah SWT. Allohuma Aamiin.

Allah Yubaarik fiik, Ummu Aisyah Putri Al-Khonsa...

Jazakumullah khoir inspirasinya...
Semoga istiqomah dan doakan kami juga

#RuangBerkaryaIbu
#Ibu Profesional
#MandiriBerkaryaPercayaDiriTercipta
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
#Proyek2RBI
#Day22

Sabtu, 02 Juni 2018

Disleksia Itu Ada!


Anak malas!
Anak Bodoh!
Anak Nakal!

Film Karya Aamir Khan
Itulah label yang kita ciptakan sendiri, manakala menghadapi anak-anak yang sulit untuk belajar terutama membaca dan berhitung! Padahal itu hanya sebuah gejala, efek dan pelarian saja, permasalahan utamanya bukanlah itu, ada pola kesalahan yang sering dilakukan berulang-ulang. Kebingungan mengenal huruf yang bentuknya mirip misal “b” dengan “d” juga sulit mengartikan kata. Padahal dalam membaca dan menulis proses menghubungkan suara dengan simbol sehingga kita mengetahui arti dasarnya. Itula penyakit Disleksia! Menurut beberapa sumber definisi dari Disleksia itu adalah suatu gangguan proses belajar, di mana seseorang mengalami kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi bagaimana kata-kata yang diucapkan harus diubah menjadi bentuk huruf dan kalimat, dan sebaliknya. Ternyata urusan mengenal huruf saja cukup pelik, apalagi jika orang tua tidak memahami permasalahan anak yang sebenarnya. Yang ada hanya tekanan dan siksaan bagi anak-anak yang menderita Disleksia. Disleksia ternyata ada! Namun jarang sekali para orang tua memahaminya, beruntung bagi yang sudah menonton film Taare Zameen Par - तारे ज़मीन पर - atau dalam Bahasa Inggrisnya berarti “Stars on Earth”.


Film yang berkisah tentang seorang anak bernama Ishaan, seorang anak yang dianggap luar biasa nakal dan banyak ulah. Ia sering mendapat nilai merah dalam berbagai pelajaran. Baik guru, tetangga maupun orangtuanya, menganggap Ishaan adalah biang masalah, sehingga akhirnya sang Ayah mengirim Ishaan ke sebuah sekolah asrama. Menjadi bahan pembelajaran untuk para pendidik dan orang tua, tidak semua anak itu nakal dan bodoh tanpa melihat lebih dalam alasan mengapa anak tersebut kesulitan dalam menangkap pelajaran. Kadang kita tak mau mengerti, sehingga kitalah yang menciptakan label nakal dan bodoh tersebut! Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys (kesulitan) dan lexia (kata-kata), untuk menyebut gangguan yang memengaruhi pengembangan keterampilan literasi dan bahasa. Orang dengan disleksia mengalami masalah belajar spesifik, terutama terkait kata-kata. Di dalam pikiran Aigis, misalnya, huruf-huruf dalam tulisan bercampur aduk dan tidak beraturan sehingga sulit dibaca dan diingat. 

Anak-anak Indonesia pun tak luput dari penyakit Disleksia ini,  Riyani T Bondan, Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia, mengungkapkan, di dunia, 10 hingga 15 persen anak sekolah menyandang disleksia. Dengan jumlah anak sekolah di Indonesia sekitar 50 juta, diperkirakan 5 juta di antaranya mengalami disleksia.



Dokter spesialis anak-konsultan saraf anak, Purboyo Solek, mengatakan, anak disleksia berpotensi besar. Anak dengan disleksia memiliki intelegensia normal atau di atas rata-rata. Hal itu yang membedakan anak dengan kesulitan belajar spesifik seperti disleksia dengan kesulitan belajar umumnya. ”Berbeda dengan anak dengan kesulitan belajar yang tingkat intelegensianya di bawah normal, seperti epilepsi lena atipikal, down syndrom, dan sejumlah kasus autis. Disleksia sering kali dicampuradukkan dengan gangguan belajar lainnya,” ujar Purboyo. Sederet nama tokoh terkenal dan berpengaruh, seperti Albert Einstein (ilmuwan), Tom Cruise (artis), Orlando Bloom (artis), Whoopi Goldberg (artis), dan Lee Kuan Yew (mantan Perdana Menteri Singapura), tercatat menderita disleksia. 

Disleksia bukan disebabkan kebodohan, cara mengajar tidak baik, latar belakang ekonomi buruk, kurangnya motivasi atau gangguan lain, seperti penglihatan atau pendengaran.

Otak individu disleksia mempunyai cara berbeda dalam mengolah informasi terkait kata-kata. Cara mereka membaca ”tidak sama” dengan otak individu yang tidak disleksia. Masalah utama yang timbul hanya yang terkait dengan membaca, mengeja, dan menulis. Kesulitan lain yang mengikuti, antara lain, kesulitan konsentrasi, daya ingat jangka pendek kurang, tidak terorganisasi, dan kesulitan dalam menyusun atau mengurutkan sesuatu. Namun, ada sisi positifnya. Mereka mempunyai kemampuan atau keterampilan di area belajar lain yang biasanya baik atau bahkan jauh di atas rata-rata. Mereka unggul dalam kemampuan visual spatial, analisis masalah yang mendalam, kesadaran sosial, penyelesaian masalah, geometri, catur, atau permainan di komputer.

Gejala-gejala Disleksia

Gejala disleksia sangat bervariasi dan umumnya tidak sama pada tiap penderita. Karena itu, gangguan ini biasanya sulit dikenali. Terutama sebelum sang anak memasuki usia sekolah.
Ada sejumlah gen keturunan yang dianggap dapat memengaruhi perkembangan otak yang mengendalikan fonologi, yaitu kemampuan dan ketelitian dalam memahami suara atau bahasa lisan. Misalnya, membedakan kata “paku” dengan kata “palu”.
Pada balita, disleksia dapat dikenali melalui sejumlah gejala yang berupa:
  • Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak seusianya.
  • Membutuhkan waktu lama untuk belajar kata baru, misalnya keliru menyebut kata “ibu” menjadi kata “ubi”.
  • Kesulitan menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan diri, misalnya kesulitan untuk memilih kata yang tepat atau kesulitan menyusun kata dengan benar.
  • Kurang memahami kata-kata yang memiliki rima, contohnya “putri menari sendiri”.
Karena sulit dikenali, disleksia terkadang ada yang baru disadari setelah penderita beranjak remaja bahkan dewasa. Beberapa di antaranya adalah:
  • Kesulitan membaca dan mengeja.
  • Kesulitan menyalin catatan serta membuat karya tulis, misalnya makalah atau laporan.
  • Bermasalah dalam mengekspresikan sesuatu melalui tulisan atau meringkas suatu cerita.
  • Sering tidak memahami lelucon atau makna bahasa kiasan, contohnya istilah “otak encer” yang berarti pintar.
  • Kesulitan dalam mengatur waktu, misalnya tenggat waktu dalam tugas.
  • Kesulitan mengingat hal-hal yang berurutan, misalnya nomor telepon.
  • Cenderung menghindari kegiatan membaca dan menulis.
  • Kesulitan berhitung.

Langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk menangani anak disleksia antara lain:
  • Bacakan buku untuk anak-anak. Waktu yang paling baik untuk membacakan buku adalah saat anak berusia 6 bulan, atau bahkan lebih muda. Saat anak sudah berusia lebih besar, cobalah membaca bersama-sama dengan anak.
  • Bekerja sama dengan sekolah anak Anda. Bicarakan kondisi anak dengan guru atau kepala sekolah, dan diskusikan cara yang paling tepat untuk membantu anak Anda supaya berhasil dalam pelajaran.
  • Perbanyak waktu membaca di rumah. Anda mungkin bosan membacakan cerita yang sama dan berulang-ulang pada anak Anda, namun pengulangan ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak untuk memahami cerita sehingga mereka menjadi tidak begitu asing lagi dengan tulisan dan cerita. Berikan juga waktu untuk anak Anda membaca sendiri tanpa bantuan Anda.
  • Buatlah membaca menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan. Anda dapat memilih topik bacaan ringan yang menyenangkan, atau suasana membaca di tempat lain misalnya di taman.
 Bagaimana pun kita tetap mendambaakan kondisi anak dengan sebaik-baiknya, sebagai orang tua tetap bersyukur dan menerima anugerah Tuhan dengan sepenuh hati, jika ternyata Tuha berkehendak lain selanjutnya berkonsultasi kepada para ahli dan belajar adalah cara terbaik menjadi orang tua masa kini.

Referensi:
4.      film Taare Zameen Par
5.      Anak Bukan Kertas Kosong (Bukik Setiawan)